Minggu, 26 Juni 2011

Muhammad Saad al-Beshi - Sang Pemancung

Diposting oleh Pebri Haloho di 21.47
Sebagai manusia, tentunya kita memiliki hati nurani dan pikirian. Akan sangat membebani sekali jikalau kita menyakiti hati orang lain, apalagi bila sampai menghilangkan nyawa orang lain. Namun, berbeda halnya dengan lelaki satu ini, Muhammad Saad al-Beshi. Telah terbiasa memancung warga di negerinya Saudi Arabia sejak 1998.



Profil
Muhammad Saad al-Beshi

Muhammad Saad al-Besh has been an executioner for the government of Saudi Arabia since 1998. He is of Black African origin. He has been described as "Saudi Arabia's leading executioner"

Al-Beshi performs executions by decapitation, using a sword, and occasionally uses a firearm. Al-Beshi also performs amputations of limbs when required under Saudi Arabia's sharia law.

Beshi is married and is the father of seven children.

YANG ARTINYA:

Muhammad Saad al-Besh adalah algojo bagi pemerintah Arab Saudi sejak tahun 1998. Dia berasal dari Afrika Hitam. Dia telah digambarkan sebagai "algojo terkemuka Arab Saudi".

Al-Beshi melakukan eksekusi dengan pemenggalan kepala, menggunakan pedang, dan kadang-kadang menggunakan senjata api. Al-Beshi juga melakukan amputasi anggota badan ketika diperlukan di bawah hukum syariah di Arab Saudi.

Beshi sudah menikah dan adalah ayah dari tujuh anak.


:)


Dia lah yang mengeksekusi Ruyati, TKI dari Indonesia. Masalah hukum di Arab, memang masih menggunakan hukuman penggal atau sering disebut oleh mereka, Qisas. Dan Beshi lah yang dijadikan sebagai algojonya.


KESAN BESHI SAAT PERTAMA MENGEKSEKUSI

Beshi, seorang eksekutor hukuman qisas mengakui sempat gugup
pada saat pertama kali menjalankan tugas yang ia anggap mulia tersebut. Rasa takut bercampur dengan cemas karena disaksikan banyak 'penonton'.

Sebuah balada hidup jagal qisas yang terungkap ke publik adalah kisah Muhammad Saad al-Beshi. Di Arab Saudi, nama Beshi cukup terkenal. Maklum saja, pria yang kini berusia sekitar 50 tahun ini merupakan seorang eksekutor andal yang dipekerjakan secara khusus oleh pemerintah Arab Saudi. Beshi, yang direkrut jadi eksekutor sejak 1998, mengaku bangga dengan pekerjaannya itu.
Bukan hal yang menakutkan baginya meski harus menjalankan perintah memenggal kepala para terpidana mati, tak terkecuali wanita. Padahal secara pribadi, al-Beshi merupakan pribadi antikekerasan terhadap perempuan. “Saya memang menentang kekerasan terhadap perempuan. Namun, jika semua perintah (pemenggalan) datangnya dari Tuhan, saya harus melaksanakannya.
Saya bangga bisa melakukan pekerjaan untuk Tuhan,” ujar Beshi seperti dikutip harian Arab News.
Berdasarkan hukum Islam yang berlaku di Arab Saudi, hukuman mati pantas diberlakukan untuk seorang pembunuh, pemerkosa, penyelundup narkoba, perampokan bersenjata dan pengguna narkoba.

Selain diminta memenggal kepala tahanan, tak jarang Beshi juga diminta menembak mati tahanan perempuan. “Semua tergantung permintaan. Kadang mereka menyuruh saya menggunakan pedang, kadang pula dengan senjata api. Namun, seringkali saya memakai pedang,” ujarnya.

Ketika diwawancarai, Beshi bekerja sebagai eksekutor di penjara Taif. Di antara tugasnya di sana, ia harus memborgol dan menutup mata tahanan yang menghadapi hukuman mati. Pernah, dalam sehari ia memenggal 10 kepala terpidana mati.
Betapapun kuat mental Beshi, toh ia mengakui bahwa ketika pertama kali menjadi eksekutor di Jeddah, ia sangat gugup. Pasalnya, banyak orang yang menyaksikan eksekusi itu. Namun, kini Beshi telah mampu mengatasi “demam panggung”-nya.
“Tahanan saat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan sekali tebas pakai pedang, saya memisahkan kepalanya, yang jatuh menggelinding beberapa meter jauhnya,” kenang Beshi tentang pemenggalan pertama yang dilakukannya. Kala itu, banyak saksi yang muntah usai menyaksikan pemenggalan tersebut. Beshi mengaku tidak tahu mengapa mereka ikut menyaksikan “penjagalan” kalau tak tahan.
Meski menjadi penjagal kelas wahid di negaranya, Beshi menyebut tak ada orang yang takut pada dirinya. Kehidupannya di masyarakat sama seperti warga awam kebanyakan. “Saya tetap memiliki banyak saudara dan teman, terutama di masjid. Saya juga memiliki kehidupan normal seperti kebanyakan orang. Tidak ada masalah dengan kehidupan sosial saya,” tegasnya.

Muhammad Saad al-Beshi: "Ini tugas Tuhan"
Algojo ternama di Arab Saudi, Beshi mengaku kebanyakan korban biasanya sudah pasrah ketika akan menjalani eksekusi pemancungan. Tapi, mereka tetap berharap pengampunan di detik-detik terakhir. Percakapan terakhir antara Muhammad Saad Al-Beshi dan korban di tempat eksekusi pemancungan adalah dia memerintahkan kepada korban untuk mengucapkan syahadat.

''Hati dan pikiran mereka diambil dengan mengucapkan syahadat,'' katanya seperti dikutip Arab News. ''Ketika mereka menuju tempat eksekusi, kekuatan mereka semakin melemah. Saya kemudian membacakan perintah eksekusi lalu memberi aba-aba untuk memulai eksekusi.''

Muhammad Saad Al-Beshi memulai kariernya di penjara di Taif. Kerjanya adalah memborgol dan menutup mata terpidana sebelum menjalani eksekusi pancung. ''Karena latar belakang tersebut, saya mengembangkan semangat saya untuk menjadi algojo,'' katanya.


(dari berbagai sumber)
created by :

0 komentar:

Posting Komentar

Say something please...

 

BLOG MISS PEBRI Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea