Senin, 24 Juli 2017

BULU BEYBI

Diposting oleh Pebri Haloho di 09.41 0 komentar
Kemaren teman-teman dan aku pergi jalan-jalan ke kota Sabang, pulau tempat titik 0 kilometer Indonesia berada. Seperti biasa, kegiatan disana apalagi selain berenang, kejar-kejaran di pantai, taking pitures sealay mungkin ditiap spot, snorkeling, bikin menara dari pasir, dan lain sebagainya. Nah, hal itu juga yang aku lakukan disana.
Foto sebelum nyeberang ke Pulau Weh, Kota Sabang.


Documentasi tiket kapal penyeberangan.

Makan siang bersama di Warung Bang Jon. sebelum ke penginapan Jelita di Iboih.

Persiapan senorkeling di Iboih. 

Foto-foto sebelum senorkeling.

Foto menuju pulau Rubia tempat senorkeling.

 Foto bersama nemo.

 Foto nyelam-nyelam kedasar laut.

 Foto ngambang-ngambang di permukaan laut.

Foto melayang di tengah air.



Foto diperjalanan pulang dari Pulau Rubia ke Iboih.

Foto sunset view setelah mandi dan persiapan makan malam di Iboih.

Hunting souvenir dan foto memegang bulan di Pantai Iboih.

Sunrise view dari depan kamar di Jelita Bungalow.

Santai sebelum check out dari Jelita.


Check out dari Jelita.



Singgah ke KILOMETER 0 INDONEISA.





 Benteng jepang view.



Masih di benteng Jepang.



Nongkrong di Anoi Itam



Sebelum terjadinya hal yang tidak diinginkan. 




Jadi gini, flashback ke hari minggu, kami bergerak dari Iboih ke Freddie Ressort - Sumur 3, dan disana kami beristirahat sejenak setelah berkeliling Pulau WEH.

Sorenya kami turun ke pantai untuk berenang di pantai, dengan pemandangan alam yang super keren-air bening dengan gradasi warna putih, biru muda, toska, dan biru tua di sepanjang bibir pantai- bikin nafsu berenang makin naik. Akhirnya kami berenang, sambil bercanda tawa riang gembira disana, sampai lupa waktu. Asiknya lagi, kami main lomba berenang antara si mahir dan si amatir, dan sudah pasti air disekeliling kami menjadi agak keruh karena pasirnya naik sangkin kami lasaknya main-main di pantai. Aku menjauh dan berenang menyusuri pantai untuk mencari tempat yang lebih bersih, karena aku takut kulit aku jadi gatal karena pasir yang masuk ke pakaian renang.

Dan terjadilah hal yang sangat tidak dinginan Sebelum memulai berenang dengan gaya punggung, mam Dora udah ngajak buat keluar dan mandi ke kamar penginapan kami. Tapi aku nolak, karena belom puas berenang-renang, padahal jam udah hampir maghrib kala itu. Jadinya mam Dora pergi sendiri ke kamar, aku masih asik berenang-renang. Dan sialnya waktu ambil ancang-ancang renang, kaki kiriku terkena benda tajam ~ jesssssssss...~ Sakitnya kayak kena tusuk serpihan batang pohon gitu sih, tapi pas aku lihat warnanya hitam. Aku langsung gugup takutnya itu bulu babi. Aku pncect keras-keras tapi serpihan hitamnya ngga keluar juga, padahal serpihannya ada nongol di epidermis kulitku. "Wah.. ini udah pasti bulu BABI ini!!" pikirku dalam hati, terus aku keluar dari air dan bertanya kepada Ratna "Nang, kam ngga mau pipis?"

"Ngga.. Kenapa?" jawab Ratna

"Keynya aku kena bulu beybi ni" kataku lagi.

"Ah, masa? Mana?" tanya Ratna.

"Ini.." aku nunjukkin jempol kaki kiriku yang nota benenya lebih panjang dari jari kaki lainnya sehingga memperbesar kemungkinan terkena bulu babi lebih dahulu saat berenang. Hahhaha :D Lebay! Sambil aku pencet-pencet biar darahnya keluar sama bulu babinya. Dan setelah aku lihat-lihat ada 3 titik yang kena. Itu rasanya ngga terlalu sakit sih, tapi yang aku takutnya beracun. Sambil jalan kearah kamar penginapan, aku panggil para lelaki tua yang berjalan di depan kami.

"Pak Tam!! Kalian ada yang mau pipis?" pertanyaan aneh sekali lagi keluar. Aku ingat acara MY TRIP MY ADVENTURE di TiPi yang nunjukin kejadian yang sama kaya aku alami, dan mereka melakukan ritual "mengencingi" bagian tubuh yang terena bulu babi. Katanya itu obatnya.

"Ngga ada. Kenapa?" Jawab Pak Tampu.

"Aku kena bulu beybi tadi Pak, katanya dikasi air kencing biar sembuh" jawabku.

"Ha? Mana? Coba lihat!" kata Pak Hombing yang berjalan bersama Pak Tampu.

Aku kembali menunjukkan kakiku yang berdarah-darah itu. Muka Pak Tampu, Pak Hombing, dan Pak Pardi di sore menjelang malam itu nampak agak panik, karena mereka ngga tau obat yang harus dikasih ke luka karena bulu babi. Aku kembali mencoba mencabut bulu babi yang seolah nampak dipermukaan kulitku, tapi semakin mau dicabut, malah makin menusuk ke dalam dagingnya. Akhirnya Pak Tampu bilang, "Sini, aku ludahi dulu." Aku yang sedikit panik juga, tanpa menolak langsung menjulurkan kakiku untuk diludahi. Yaaampuuunnnn.. jiji sih sebenarnya tapi karena aku takut mati di kota orang, di pulau yang baru aku datangi ini, aku pastah-pasrah aja. HAHAHA :D

Setelah itu Pak Tampu bilang, "Udah, ngga usah dikeluarkan lagi, nanti makin ke dalam dia (red: bulu babi) paling nanti demam, tapi lama-lama menyatu sama dagingnya itu"

Mendengar itu, aku sedikit SHOCK!! "Ahh!! ngga mau lah kalo demam! Orang masih pengen liburan kok demam pula? Gamau!!!" katau hampir menangis.

"Ya memang gitu, kalian ngga dikasi pengarahan ya kemaren waktu mau snorkeling di Iboih sama tour guide kalian?" tanya pak Hombing. "Katanya kalo kena bulu babi, ngga usah dikeluarkan nanti jadi dagingnya itu, tapi memang ada demam." sambungnya.

"Ahhhh... " rengekku. Aku ngga sanggup lah kalo harus demam karena kena bulu babi.

"Yaudah, ganti baju dulu lah, bersihin pasir dari badan dulu di kamarmandi bawah baru ke kamar. Habis mandi kita tanya-tanya obatnya ke orang-orang disini" lanjut Pak Hombing.

Aku bangkit dan mulai berjalan. Rasa sakitnya ngga terasa sekali, aku hanya takut demamnya itu. Dan aku membersihkan diri sebelum ke kamar. Ternyata sampai di kamar, kamar kekunci, karena mam Dora lagi mandi. Aku harus nunggu di luar, gelap-gelap, kedinginan, ketakutan, dan kesakitan. Eaakkk...

"Mam Doraa.. mam jangan pipis dulu ya.." teriakku.

"Kenapa dek? Lagi mandi ini" jawab mam Dora.

"Iya, aku butuh air kencing untuk kakiku yang kena bulu babi mam." sahutku lagi.

"HA??? Dimana kau kena dek?" tanya mam Dora lagi.

"Di pantai tadi lah mam.. "jawabku.

"Oh, iya tunggu lah ya dek. Bentar lagi udah siap mandinya." kata mam Dora.

Selagi nunggu mam Dora, aku membayangkan hal-hal yang aneh dan yang ngga masuk akal. Aku mulai menakuti diriku sendiri. Untung aku ngga nangis-nangis di depan pintu. Kalo ngga, kan malu.. (ceritanya aku tau malu gitu).

Beberapa menit kemudian, pintu kamar dibuka oleh mam Dora, "Dek, kena bulu babi? Kan tadi udah diajak naik ke kamar ganti baju, kam gak mau. Udah maghrib loh tadi itu, ngga bagus di luar terus..." kata mam Dora.

Ini ceritanya udah jatuh ketimpa tangga pula, udah kena bulu babi yang ngga tau obatnya dengan jelas, malah kena marah pula. HIKS, sedih.. (T.T)

"Mana, coba kulihat" kata Mam Dora yang saat itu belum berpakaian lengkap sehabis mandi. Aku duduk di lantai kamar mandi dan menunjukkan jempol kakiku pada mam Dora.

"Jadi apa obatnya itu dek? Ihh.. kam ini lah.. itu lah kan.." kata mam Dora.

"Aku pernah nonton MTMA kan mam, katanya kalo kena bulu babi dikencingi. Mam mau pipis?" tanyaku.

"Udah pipis sih tadi dek.. tapi kalo itu obatnya sini la coba dipaksa pipis lagi" jawab mam Dora yang kala itu sedang mengandung 5 bulan. Jadi kakiku udah diludahi sama Pak Tampu, dan dikencingi lagi oleh mam Dora. Kalo dibayangin, agak geli-geli jiji gimanaaa gitu.. Hahahaa :D Tapi yauda la, ngga masalah kalo buat obat yakaannn...

Abis itu aku mandi, dan sebelum makan malam aku masih ngerasa sakit jika menginjakkan kaki kiri, jadi aku minta tolong mam Dora untuk mengeluarkan bulu babinya, tapi kami ngga puya jarum atau benda tajam laiinya. So, aku nyari-nyari ke kamar sebelah ke tempat mam Yohana, mam Gita, ke kamar suster juga, dan untungnya ketemu. Nah, setelah ketemu kancingnya, aku ngelihat ada sesosok abang-abang yang lagi berjalan disekitar kamar kami. Kelihatannya dia pegawai di ressort itu, langsung aku tanya aja dia soal kejadian yang menimpa diriku,

"Bang, sorry ganggu. Mau nanya kalo kena bulu babi emang gapapa ya kalo ngga dikeluarin? Atau harus dikeluarin? Kalo dikeluarin pake kancing peniti boleh ngga bang? Atau ada obat yang lain gitu bang supaya ngga sakit? Orang-orang disini pernah kena bulu babi ngga bang disini?" tanyaku bertubi-tubi.

"Ya kalo orang asli sini ngga pernah lagi kena kak. Karena udah tau dimana lokasi bulu babinya. Tapi kalo turis sering kena. Kakak kena bulu babi ya?" tanyanya lagi.

"Iya bang.. Kemaren guide senorkeling kami bilangnya ngga usah dikeluarin, kayanya nanti jadi daging kok. Tapi nanti demam gitu bang. Emang benar ya bang?"tanyaku lagi.

"Yah, kalo kakak tahan sama denyutannya ya gapapa ngga dikeluarin, tapi bagusnya dikeluarin aja lah kak. Coba saya lihat." kata abang-abang yang aku ngga tau namanya itu sampai sekarang. Lalu aku duduk ditepi jalan setapak di depan kamar temanku. Si abangnya berusaha mengeluarkan bulu babinya di satu titik, tapi dua titik lainnya sudah tertutup, dan harus disobek lagi kulitnya supaya bulu babinya bisa dikeluarkan. Sangkin sakitnya tusukan jarum si abang itu, aku ngga tahan.

"Aiihh, sakit bang!" keluhku

"Iya kak, ini harus ditusuk lagilah supaya bisa dikeluarkan bulu babinya. Soalnya udah masuk kedalam kak. Atau kakak punya gunting kuku? Biar disobek pake itu aja, biar ngga sakit sekali." katanya.

"OH, bentar bang ku tanya teman2ku dulu ya" kataku langsung beranjak mencari gunting kuku. Ternayta beberapa orang yang aku tanya, tidak memiliki gunting kuku. Akhirnya aku kembali ke kamar kami, dan nanya gunting kuku mam Dora, dan untungnya ada. Tapi mam Dora bilang "Sini, aku aja yang keluarin dek, udah ketemu jarumnya?" tanya mam Dora.

"Udah mam, tadi juga udah dicoba dikeluarkan ama abang-abang yang kerja disini. Tapi ada yang udah masuk kedalam jadi susuah ngeluarinnya. Maknaya mau disobek pake gunting kuku." jelasku.

"Coba sini dek.." Kata mam Dora ingin membantu.

Dan setelah mam Dora mencoba mengeluarkan bulu babinya, ternyata kalo dikeluarkan begitu bulu babinya jadi rapuh dan hancur menjadi serpihan kecil seperti pasir. Dan mam Dora bilang bahwa ini akan susah dikeluarkan kalo modelnya begini. Ngga lama kemudian si abang yang bantu aku tadi datang ke kamar kami.

"Kak, sini kak. Ini ada obatnya" katanya.

Aku langsung gembira melihat si abang itu datang sambil membawa sepucuk tanaman pohon yang daun-daunnya lebar-lebar.

"Apa itu bang?" tanyaku,

"Ini kalo orang sini bilang daun pohon RUBIK (aku ngga tau ini salah nulisnya atau gimana), emang sering dipake untuk ngobatin kalo kena bulu babi kak." jelasnya.

"Digimanain itu bang?" tanyaku lagi.

"Diambil getahnya terus dioleskan kelukanya" katanya. "Tapi lukanya harus terbuka, biar getahnya masuk, nanti bulu babinya keluar sendiri kak" sambungnya.

Dan disitu terjadilah operasi kecil dibagian kakiku. Sakitnya waktu dicongkel lagi lebih parah ketimbang sakit diawal tercucuk bulu babinya. Air mata hampir netes, kakiku berputar ke atas menyebabkan darahnya tidak lancar. Dan kemudian ada telepon. Dari mamakku. JREEEENNNGGGG!!! SIAP!!!!

"Dek ada telepon ini, angkat lah" kata mam Dora yang telah mengambil hapeku dan memberikannya padaku.

"Oh iya mam. Aduh, ini telepon mamakku, keknya mamakku tau lah aku kenapa-napa disini.." ujarku.

"Oh, biasanya gitu kalo orang tua kak.." kata si abang sambil nyongkel-nyongkel kakiku sampe berdarah.

Lalu ku angkat telepon dari mamakku, dan ngga bisa berkata banyak karena nahankan sakit di kaki, biar ngga ketahuan kalo aku kena bulu babi. Ntar si mamak malah panik ngga karuan di kampung.
Dan pembicaraan ngga sampe semenit mamakku memutuskan sambungan karna aku ngga bisa banyak bicara dan ngga menjelaskan apa-apa. Banyakan diam, nahankan sakitnya. Setelah itu, setelah ada tiga lubang yang berdarah-darah di kakiku, barulah getah dari tanaman ohon rubik tadi dioleskan dilukaku. Dan setelah itu kami berpisah untuk makan malam.

Puji Tuhan sampai hari ini aku ngga kenapa-napa, ngga ada demam, atau sakit di bagian kaki yang kena bulu babinya. Makasih banyak buat si abang yang udah nolongin aku pake getah tumbuhan rubiknya. Aku nyimpan batangnya dan ngebawa batang tanaman itu ke medan anyway. Buat kenang-kenangan. Hehehe :D


See ya in the next trip!!
 

BLOG MISS PEBRI Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea