1.1 Pendahuluan
Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan
penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang
tepat dan aman merupakan hal mutlak yang harus dilakukan mengingat pestisida
adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya
yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun
tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Ika, 2007).
Pestisida, ”Pest Killing Agent” merupakan obat-obatan atau senyawa kimia
yang umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman
baik hama, penyakit maupun gulma. Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan
merupakan aplikasi dari suatu teknologi yang diharapkan dapat membantu
meningkatkan produktivitas, membuat pertanian lebih efisien, dan ekonomis.
Namun pestisida dengan intensitas pemakaian yang tinggi dan dilakukan secara
terus-menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian,
antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan
perairan, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas,
keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap
kesehatan manusia. Manusia akan mengalami keracunan, baik akut maupun kronis
yang berdampak pada kematian (Prameswari, 2007).
Bahan-bahan kimia
(pestisida) telah dibuktikan secara nyata dan jelas memberikan dampak buruk.
Penggunaan bahan-bahan kimia pada pertanian dianggap dapat membantu kemajuan
dan perkembangan pertanian selanjutnya. Namun pada negara-negara berkembang
telah sadar bahwa bahan kimia justru sebagai penyebab utama terjadinya
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu negara berkembang telah mengurangi
penggunaan bahan kimia, dan lebih menyukai produk-produk pertanian yang organik
atau bebas bahan kimia, serta ramah lingkungan (Prameswari, 2007).
Definisi
dari pestisida pes memiliki arti hama, sedangkan cide berarti membunuh,
sering disebut ”Pest Killing Agent” yaitu semua bahan yang digunakan untuk
membunuh, mencegah, mengusir hama dan merupakan bahan yang digunakan untuk
merangsang dan mengendalikan hama.
Pestisida dalam
praktek penggunaannya digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya
dicampur minyak untuk melarutkannya, dicampurkan pada air pengencer, penyebaran
dan penyemprotan. Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, pestisida dapat
dikelompokkan atas dua golongan. Pestisida yang resisten yaitu pestisida yang
dapat meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan pestisida yang kurang
resisten.
1.2
Dampak Penggunaan
Pestisida pada Lingkungan
Dalam
penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran.
Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen
lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan
pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat
beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,
mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan
sebagainya (Sa’id, 1994).
Pada
masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian
yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut
di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan
pestisida (Ton, 1991). Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan
lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu
golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa
organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka
terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Sa’id, 1994).
Penyemprotan
dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan
masalah pencemaran lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di
lingkungan. Sebagian besar bahan-bahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh
ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar
di atmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan
jatuh ke tanah (Uehara, 1993).
Pestisida
bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan
atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada
lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak
disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air
akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh
pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana
kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan
diserap oleh partikel-partikel tanah.
Berikut ini akan
diuraikan bebrapa dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan
lingkungan dan ekosistem.
1)
Punahnya Spesies
Polutan
berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan
dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama.
Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang
peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal
terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu
beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.
2)
Peledakan Hama
Penggunaan
pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan
hama akan berkembang tanpa kendali.
3)
Gangguan Keseimbangan
lingkungan
Punahnya
spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya
keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
4)
Kesuburan Tanah
Berkurang
Penggunaan
insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan
tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam.
Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.
Kerusakan tanah atau
lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah (pemadatan tanah dan
erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman tanah,
kelebihan garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah : (1) pembukaan lahan (deforestration)
dan penebangan kayu hutan secara berlebihan untuk kepentingan domestik, (2)
penggunaan lahan untuk kawasan peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over
grazing), dan (3) aktivitas pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida
secara berlebihan (Hakim, 2002).
1.3
Dampak Penggunaan
Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pestisida
merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman, dalam Konsep Pengendalian
Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian.
Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat
dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Tetapi, benefit
bagi produksi pertanian tanaman tersebut bukan tidak menimbulkan dampak. Para
ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini
pada manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di lingkungan kita, dan
rekayasa genetika yang kerap dilakukan pada budidaya bahan pangan non-organik
merupakan salah satu penyebabnya.
Sekitar
40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk
tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia, sementara dari 80 ribu jenis pestisida
dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik
atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah
menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.
Penggunaan
pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan. Setiap hari
ribuan petani dan para pekerja dipertanian diracuni oleh pestisida oleh pestisida
dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita
keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan
pestisida, petani dan pekerja di pertanian lainnya terkontaminasi (terpapar)
pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida
(pan AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat
beresiko terkontaminasi pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut
tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pestisida
juga beresiko terkontaminasi pestisida.
Penelitian
terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan
manusia sangat mencengankan. WHO (World Helth Organization) dan Program
Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor
pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18
ribu orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004).
Menurut
NRDC (Natural Resources Defenns Council) tahun 1998, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada
anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia.
1.4
Kesimpulan
Penggunaan
pestisida di sektor pertanian selain menimbulkan dampak positif bagi petani,
ternyata dapat juga menimbulkan dampak negatif. Dampak positif yang timbul
adalah : dapat membasmi atau mengendalikan jasad pengganggu tanaman baik hama,
penyakit maupun gulma, sehingga dapat membantu petani meningkatkan
produktivitasnya, membuat pertanian lebih efisien, dan ekonomis.
Sedangkan dampak
negative yang ditimbulkan adalah terjadinya kerusakan lingkungan dan
ketidakseimbangan ekosistem serta menimbulkan keracunan bagi manusia yang
berujung pada kematian dan timbulnya berbagai penyakit.(Usman...)
Salam
Pertanian! Pemupukan merupakan salah satu proses penting dalam budidaya suatu
tanaman. Karena proses pemupukan juga akan sangat menentukan keberhasilan
produksi tanaman tersebut. Oleh karena itu selain kita harus mengetahui
beberapa jenis pupuk dan proses penyerapan pupuk kita juga harus tahu bagaimana
cara mengaplikasikan pupuk pada tanaman sehingga proses tersebut bisa lebih
efektif dan efisien. Ada dua cara pemupukan yaitu:
1. MEMUPUK MELALUI
AKAR TANAMAN
Yaitu segala macam pupuk yang diberikan kepada tanaman lewat akar. Tujuannya tentu sudah jelas, yakni mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman yang ditanam di atasnya tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara:
Yaitu segala macam pupuk yang diberikan kepada tanaman lewat akar. Tujuannya tentu sudah jelas, yakni mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman yang ditanam di atasnya tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara:
1. Disebar (broad casting)
Pupuk yang disebarkan merata pada tanah-tanah di
sekitar pertanaman atau pada waktu pembajakan/penggaruan terakhir, sehari
sebelum tanam, kemudian diinjak-injak agar pupuk masuk ke dalam tanah. Beberapa
pertimbangan untuk menggunakan cara ini adalah:
- Tanaman
ditanam pada jarak tanam yang rapat, baik teratur dalam barisan maupun
tidak teratur dalam barisan
- Tanaman
mempunyai akar yang dangkal atau berada pada dekat dengan permukaan tanah
- Tanah
mempunyai kesuburan yang relatif baik
- Pupuk
yang dipakai cukup banyak atau dosis permukaan tinggi
- Daya
larut pupuk besar, karena bila daya larutnya rendah maka yang diambil
tanaman sedikit
Cara pemupukan ini biasanya digunakan untuk memupuk
tanaman padi, kacang-kacangan dan lain-lain yang mempunyai jarak tanam rapat.
Kerugian cara ini ialah merangsang pertumbuhan rumput pengganggu/gulma dan
kemungkinan pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah lebih tinggi.
2. Ditempatkan di antara
larikan/barisan
Pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Untuk tanaman tahunan ditaburkan
melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh (tajuk daun) dan
ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
- Pupuk
yang digunakan relatif sedikit
- Jarak
tanam antara tanaman yang dipupuk cukup jarang dan jarak antara barisan
pertanaman cukup jarang
- Kesuburan
tanah rendah
- Tanaman
dengan perkembangan akarnya yang sedikit
- Untuk
tanah tegalan atau darat
- Bila
mengkhawatirkan akan terjadi pengikatan unsur hara oleh tanah dalam jumlah
yang cukup besar
3. Ditempatkan dalam lubang
Pupuk dibenamkan ke dalam lubang di samping batang
sejauh kurang lebih 10 cm dan ditutup dengan tanah. Untuk tanaman tahunan pupuk
dibenamkan ke dalam lubang pupuk yang melingkari tanaman dengan jarak tegak
lurus dan terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan
dengan pertimbangan sama dengan cara larikan/barisan.
II. MEMUPUK DENGAN
CARA DISEMPROTKAN KE DAUN TANAMAN (Spraying)
Pupuk yang dilarutkan ke dalam air dengan
konsentrasi sangat rendah kemudian disemprotkan langsung kepada daun dengan
alat penyemprot biasa (Hand Sprayer). Pada hamparan yang luas dapat digunakan
pesawat terbang.
Sebelum memberikan pupuk ke daun ada beberapa hal
yang dianggap mutlak diketahui dulu, yaitu:
- Konsentrasi
larutan pupuk yang dibuat harus sangat rendah atau mengikuti petunjuk
dalam kemasan pupuk. Jangan berlebihan, lebih baik kurang daripada
berlebihan. Kalau konsentrasinya lebih rendah dari anjuran maka untuk
mengimbanginya frekuensi pemupukan bisa dipercepat, misalnya dianjurkan 10
hari bisa dipercepat jadi seminggu sekali
- Pupuk
daun disemprotkan ke bagian daun yang menghadap ke bawah. Hal ini
disebabkan karena pada kebanyakan daun tanaman, mulut daun (stomata)
umumnya menghadap ke bawah atau bagain punggung daun
- Pupuk
hendaknya disemprotkan ketika matahari tidak sedang terik-teriknya. Paling
ideal dilakukan sore atau pagi hari persis ketika matahari belum begitu
menyengat. Kalau dipaksakan juga menyemprot ketika panas, pupuk daun itu
banyak menguap daripada diserap oleh daun
- Penyemprotan
pupuk daun jangan dilaksanakan menjelang musim hujan. Resikonya pupuk daun
akan habis tercuci oleh air hujan dan lagipula pada saat seperti itu
stomata sedang menutup
- Biasakanlah
untuk membaca keterangan yang ada pada kemasan pupuk, karena disinilah
kuncinya.
Pemberian pupuk daun bisa dilakukan bersamaan
dengan pemberian pestisida kalau dianggap perlu, atau bersamaan dengan zat
perangsang seperti Dekamon atau Atonik berikut zat pebasah. Tetapi jangan
sekali-kali memberikan pupuk daun bersamaan dengan pestisida yang mengandung zat
perekat. sebab pupuk tersebut akan ikut lengket di permukaan daun tanpa bisa
diserap. Akibat lebih lanjut ialah pupuk akan menyerap air daun dan daunpun
akan rusak seperti terbakar.
Larangan mnyemprot daun tanaman:
- Setelah
beberapa kali penyemprotan muncullah tunas baru yang nantinya menjadi
ranting dan daun. Bila tunas telah muncul, penyemprotan dihentikan. Sebab
tunas muda ini amat peka terhadap pupuk, apalagi kalau dosisnya melebihi
dari yang dianjurkan. Tetapi bila nanti tunas baru itu telah berubah
menjadi ranting dan daun yang cukup kuat (tak menampakkan gejala
menumbuhkan daun muda lagi), barulah tanaman boleh disemprot lagi.
- Pada
saat bunga mulai mekar penyemprotan harus dihentikan. Kalau tidak bunga
bakal buah yang dinanti-nanti akan rontok semua dengan kata lain tanaman
tadi akan keguguran. Ketika bunga sudah menjadi pentil, penyemprotan
dengan pupuk daun boleh dilakukan lagi terutama hara P-nya tinggi, dengan
catatan yang disemprot bukan buahnya tetapi tetap pada daunnya
- Satu
lagi tanaman yang tidak bisa disemprot pupuk daun ialah tanaman yang baru
dipindah ke lapangan. Karena tanaman itu masih terhitung masih muda dan
lemas. Baru setelah tanaman mulai segar kembali atau pulih dari pengaruh
pemindahan, pupuk daun bisa jalan lagi.
- Cara pemupukan dengan penyemprotan melalui daun dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:Unsur hara sulit diambil tanaman
melalui akar tanah, misalnya tanaman yang tumbuh pada tanah berpasir atau
tanah-tanah yang berbatu
- Bila unsur hara dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit
(unsur hara mikro)
- Kondisi dan sifat fisik dari pupuk yang buruk
- Bila pemakaian pupuk dengan cara pemberian melalui akar tidak
berhasil
- Pengaruh maksimum dari pupuk terhadap tanaman dapat diperoleh
selama musim kering
0 komentar:
Posting Komentar
Say something please...