Kamis, 04 Februari 2016

.

Diposting oleh Pebri Haloho di 13.32
Masalah terus berganti, bukan karena diminta, tapi karena mungkin sudah siklus hidup yang kita jalani memaksa kita harus menemukan masalah dan mencari solusinya. Hidup ini ibarat game, ada level-level tertentu yang harus kita lewati dan kita juga harus siap menghadapi semua tantangan yang ada.

Hari ini juga aku ngerasain hal yang sama. Selalu ada masalah yang bikin mumet. Bukan cuma masalah sekolah, tambah masalah pribadi, udah gitu pas kondisi fisik juga lagi ngga fit. Masalahnya apa lagi kalo bukan seputar percintaan. Entah kapan, aku juga lupa -sorry- kami jadian. Kalau mau jujur, sebenarnya aku ngga pernah punya felling apa-apa ke dia. Tapi lama-lama aku makin nyaman. Secara dia bisa nge-treat me like a princess. Gimana ngga, awal jadian antar jemput kemana aja. Makan bareng pasti dibayarin terus. Dia juga selalu dengerin curhatan-curhatan ngga jelas dari aku. Dia baik baik baik banget sama aku. Cuma kadang aku ngga bisa ngebales kebaikan dia, dan itu akhirnya jadi masalah.

Belom lagi dia selalu ngajak ke tempat orang tuanya, mau dikenalin katanya. Kalo aku ngga mau ikut ke rumah orang tuanya, eh.. dianya yang maksa pengen dateng ke rumah orang tuaku. Dan itu bikin risih sebenarnya. Tapi karena aku masih belum ada kejelasan untuk hubungan kami. Aku masih belum siap untuk diajak ke jenjang yang lebih serius. Masalahnya adalah, dia bukan anak muda yang usianya masih 25-an. Orang tua, sanak saudara, kerabat dekat, teman, dan kolega-koleganya seakan sudah menuntuk dia untuk menikah. 

Ajakan untuk menikah bukan hanya sekali atau dua kali yang ku dengar dari dia. Sudah ratusan kali mungkin. Tapi aku masih belum siap, masih terlalu dini untuk menikah bagiku. Dan anggapan kalau menikah akan memperlancar urusan karena bisa dikerjakan berdua itu sangat tidak logis. Justru bagiku akan memperrumit masalah hidup. Aku masih menjalani kuliah magisterku, aku juga punya cita-cita dan harapan yang besar suapaya bisa jadi dosen. Aku ngga mau stuck hanya jadi guru honorer di sekolah swasta yang gajinya ngga seberapa tapi tuntutan kerjanya luar biasa menguras energi, pikiran, dan waktu. Aku ingin sekali menjadi apa yang aku mau sebelum akhirnya aku memutuskan menikah.

Dilain pihak aku juga memikirkan posisinya sebagai anak, dan orang tuanya sudah menginginkan dia membentuk rumah tangga. Tidak mudah baginya untuk memberi jawaban kepada orang tuanya. Aku juga paham bagaimana dia berusaha meyakinkan aku agar mau menikah dengannya. Usaha yang lumayan keras untuk membuktikan dia serius menjalani hubungan ini denganku. Bahkan dia rela menungguku sampai aku selesai sekolah. Tapi aku juga tidak tega karena dia harus dilangkahi oleh adiknya. Aku juga tidak ingin ada yang tersakiti diantara kami dan keluarga kami.

Aku sudah memberikan pengertian semampuku kepadanya, bahwa aku tidak ingin menjadi penghalang kebahagiaannya. Kalau dia ingin cepat menikah, dia tidak perlu menungguku selama ini. Aku juga sudah mengutarakan tentang cita-citaku yang tidak gampang meraihnya. Aku ingin memiliki prestasi dan masih ingin menikmati masa mudaku. Aku tidak ingin melepas kesempatan kalau ada. Aku masih belum menginginkan komitmen yang mengikat.

Bayangkan saja kalau nanti saat aku masih kuliah, dan aku menikah. Aku akan disibukkan dengan pekerjaan rumah, tugas kuliah, masalah keluarga, belum lagi kalau aku hamil dan memiliki anak. Semua akan terbengkalai, aku tidak bisa 100% di rumah, dan ataupun tidak bisa mengerjakan tugas kuliah 100%. Dan itu merugikan. Benar-benar merugikan.

Aku juga tidak ingin dikekang, tidak ingin diperintah, dan aku adalah aku. Kali ini, bukan, sudah beberapa kali aku menceritakan hal yang menurutku biasa. Tapi menurutnya adalah hal yang luar biasa. Bisa membuat dia gusar, cemburu, uring-uringan dan tidak enak badan. Padahal aku cuma meminjam DVD teman sepekerjaan denganku untuk ku tonton sebagai hiburan di kos. Aku merasa tidak ada yang salah dengan itu. Atau mungkin dia memang sudah merasa cemburu diawal karena guyonan sesama teman di sekolah tempat kerjaku yang menurutnya sudah keterlaluan. Tapi aku sudah berapa kali menjelaskan, bahwa tidak ada yang salah dengan candaan dan meminjam DVD orang lain. Tidak akan mengubah apapun antara aku dan dia. Tapi dia tidak mau mengerti. Dia seolah memojokkan aku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku. Tapi aku tidak ingin menangis didepan siapapun. Karena itu membuat aku kelihatan lemah.

Dia juga pernah berjanji tidak akan meninggalkanku, kecuali aku yang meninggalkannya. Tapi perkataannya kemarin mematahkan pernyataannya sebelumnya. Dia sudah 3 kali memutuskan hubungan secara tidak langsung denganku. Aku ingat dengan jelas. Tapi aku masih sabar, aku juga bingung rekasiku tidak terlalu berlebihan dengan kata-katanya. Mungkin aku mulai menyayanginya. Masa pacaranku sebelumnya tidak pernah terjadi yang seperti ini. Jika aku diputuskan, maka tidak ada alasan lain untuk kembali meneruskan hubungan. Putus ya putus. Mau berapa kali diajak balikanpun aku sudah tidak mau lagi. Tapi kalau diajak berteman aku sangat terbuka. Aku juga tidak  ingin mantanku menjadi musuh seumur hidupku.

Kali ini berbeda. Aku sudah dibiarkan dan direndahkan sebenarnya dengan perkataannya bahwa aku bisa berbuat sesukaku dan aku harus jadian dengan orang yang kupinjami DVDnya itu. Aku kesal, aku marah, aku sedih dia bisa bicara seperti itu. Mungkin dia mengujiku. Tapi tidak seperti ini seharusnya. Aku bisa saja menutuskan hubungan dengannya. Tapi aku akan lebih sakit lagi. Jika teringat dia dengan sabar menungguku turun ke teras kosku mungkin sampai sejam. Atau kalau aku pulang dari kampus malam, dia juga rela menungguku. Tapi dia juga bisa menikamku dengan kata-kata seperti itu. Aku seperti terkurung, tak berdaya. Karena jika memutuskan hubungan dengannya pasti orang yang bersalah adalah aku. Entah harus bagaimana lagi. Tapi aku tidak suka diperlalukan seperti itu. Seolah aku ini wanita yang gampang didapatkan, sama seperti wanita jalanan. Dia tidak mengatakannya, tapi itu yang kurasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Say something please...

 

BLOG MISS PEBRI Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea